21 June 2016

Tahukah Anda Kyai yang di Segani Gus Dur

Gus Dur Bersama Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Faddani
Gus Dur Bersama Abah Anom
Gus Dur Bersama Habib Lutfi Bin Yahya
Gus Dur dan Habib Mahdi bin Saggaf bin Syeh Abu Bakar bin Salim

Siapa sih yang tidak kenal dengan Al-marhum Gus Dur atau KH Abdurrahman Addakhil  nama kecilnya, Presiden yang paling di rindukan oleh rakyat Indonesia  setelah ir. Sukarno.  Bahwasanya “kebijakan pemerintah haruslah berjalan lurus dengan kesejahteraan rakyat” begitu kata Gus Dur. Seorang yang allamah (sangat alim) tokoh pluralisme pembela kelompok-kelompok minoritas. Membaca menceritakan kisah-kisah Gus Dur tiada habisnya. Di balik kebesaran nama Gus Dur ada beberapa tokoh yang oleh  Gus Dur sendiri sangat di segani dan hormati.

Konon, menurut Shohibul Hikayat, Kyai Hasyim pernah melarang santrinya bermakmum kepada salah satu putra beliau sebab putra beliau tersebut pernah pergi kerumah seorang kyai yang jauh dengan "kecepatan yang tidak normal". Mbah Kyai Hasyim lebih mengedepankan syariat sebagaimana halnya seperti yang dilakukan oleh Syaikh Abu Hasan Asyadzili.

Menurut Mbah Kyai Hasyim pondasi kehidupan sebelum menuju maqomnya yang lebih tinggi, artinya jika syariat belum mapan, jangan meniru orang-orang yang telah tinggi maqomnya. "kecepatan yang tidak normal" adalah diluar nalar syariat.

KH Muhammad Ya’kub Hasyim alias Gus Ya’kub yang terkenal dengan ke jadzabanya, beliau adalah salah satu ulama atau Kyai yang sangat di segani dan di hormati oleh Gus Dur, beliau adalah paman dari Gus Dur Sendiri  putra dari Hadratus Syaikh dengan Nyai  Masruroh binti Kyai Hasan Pagu Kediri

Gus Ya'qub adalah ahli hisab sejati  (perokok kelas berat) dalam sehari beliau mampu menghabiskan 7 bungkus rokok, yang bisa menghidupkan segala jenis kendaraan dengan kunci apa saja, terkadang  beliau tidur seharian sampai 10 jam sehari, beliau mampu membuat besi menjadi lembek, yang dawuhnya terkadang perlu juru tafsir untuk memahaminya.

Sekitar bulan juni 1995 beberapa  santri Tebuireng  bertemu dengan Gus Ya'qub di sekitar pasar Cukir beliau mengatakan "SAIKI IWAK-IWAK WIS PODO MATI SIJI-SIJI" (Sekarang ikan-ikan sudah mati satu persatu), para santri hanya saling memandang keheranan mereka  tidak mengerti dengan maksud tujuan dari perkataanya Gus Ya’kub tersebut.

Dan nyanyain beliau sekitar pada tahun 1996 yaitu :  "DARAH MENGALIR SAMPAI JAUH".. tidak berselang lama kemudian terjadi peristiwa pembunuhan para dukun santet yang sempat ramai menggemparkan di seluruh Jawa Timur, Waallhu a’lam . Sungguh dunia ini tiada artinya bagi beliau...Gus Ya'qub..

Gus Ya'qub yang tidak pusing dengan urusan dunia dan telah menemui kembali kekasihnya Allah azza wa jalla 1998. Menjelang kewafatanya  beliau di tebuireng dilanda hujan deras disertai angin kencang seakan menjadi pertanda !  bumi , hujan dan angin turut bersedih karena  berpisah dengn seseorang yang mencintai dan di Cintai Rabbul Izzati Allahu Rabbul alamin.  Allohummaghfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu, Lahulfatihah...

Note : Sunting dan edit tanpa bermaksud mengurangi nilai subtansi dari hikmah kisah tersebut, tetapi agar pembaca lebih mudah memahami

By : https://istana99kupu.blogspot.co.id/

13 June 2016

Enam Rahasia Puasa Menurut Imam al Ghazali

Tebuireng, Ramadhan kita jalani selama berhari-hari sebulan penuh. Kita merasakan lapar dan haus setiap kali matahari berada ujung kepala. Apalagi bagi kita yang masih beraktivitas dan bekerja hingga waktu siang. Perut terasa sakit dan tenggorokan dahaga, ditambah lagi terik yang mengucurkan keringat.

Bukan cuma menahan diri dari makan dan minum, tetapi selama puasa kita harus menahan diri dari semua yang membatalkan. Sebagian dari hal yang membatalkan puasa ialah memasukkan benda (padat atau cair) ke dalam tubuh, baik melalui mulut, telinga, hidung, maupun lubang-lubang tubuh lain. Orang yang berpuasa juga harus menekan diri darisyahwatul farji yaitu bersetubuh, atau barangkali “onani/masturbasi”.

Secara kasat mata, puasa hanyalah ibadah badaniyah (ibadah fisik) yang mampu melatih tubuh untuk lebih mandiri dan membiasakan diri dari bersenang-senang. Perut dilatih untuk tidak makan dalam durasi yang lebih lama dari hari-hari biasa. Bagi yang sudah menikah, dilatih untuk tidak berhubungan badan dengan pasangannya di siang hari.

Namun ternyata, puasa bukanlah soal fisik semata, melainkan penempaan batin dari hawa nafsu. Semua ibadah yang disyariatkan Allah tentu penuh dengan rahasia tersembunyi. Jarang sekali yang merenungkannya dan memahami, hingga dijiwai sebagai syariat. Banyak perbuatan orang puasa yang secara syariat tidak membatalkan puasa, namun mnggugurkan pahala besarnya.

Imam Muhammad al-Ghazali, seorang sufi yang sangat memahami ilmu fiqh, memberikan gagasan tentang rahasia puasa. Sebagai seorang ahli fiqh sekaligus ahli tasawuf, Imam Ghazali tidak melulu memandang puasa sebagai ibadah badaniyah. Oleh karena itu, gagasannya tentang rahasia puasa pun menyadarkan kita akan pentingnya menunaikan ibadah puasa secara lahir batin.

Berikut ini enam rahasia puasa menurut Imam al Ghazali dalam kitab  Ihya Ulumddin:
1). Menundukkan mata dan mencegahnya dari memperluas pandangan ke semua yang dimakruhkan, dan dari apapun yang melalaikan hati untuk berdzikir kepada Allah.

2). Menjaga lisan dari igauan, dusta, mengumpat, fitnah, mencela, tengkar, dan munafik.

3). Menahan telinga dari mendengar hal-hal yang dimakruhkan. Karena semua yang haram diucapkan, haram pula didengarkan. Allah menyamakan antara mendengar dan memakan perkara haram,“sammaa’uuna lil kadzibi akkaaluuna lis suht”.

4). Mencegah bagian tubuh yang lain seperti tangan dan kaki dari tindakan-tindakan dosa, juga mencegah perut dari makan barang syubhat ketika berbuka. Mana mungkin bermakna, orang berpuasa dari makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Ibaratnya seperti orang yang membangun gedung tetapi menghancurkan kota. Nabi Muhammad pernah bersabda, “Banyak sekali orang yang berpuasa namun yang ia dapat hanya lapar dan haus. Ia adalah orang yang berbuka dengan haram. ”Wa qiila, “Ia yang berpuasa lalu berbuka dengan memakan daging sesama, yaitu dengan ghibah.”

5). Tidak memperbanyak makan ketika berbuka, mengisi perut dan mulut dengan tidak sewajarnya. Maka, apalah arti puasa jika saat berbuka seseorang mengganti apa yang hilang ketika waktu siang, yaitu makan. Bahkan, justru ketika Ramadhan makanan akan lebih beragam. Apa yang tidak dimakan di bulan-bulan selain Ramadhan malah tersedia saat Ramadhan. Padahal, maksud dan tujuan puasa ialah mengosongkan perut dan menghancurkan syahwat, supaya diri menjadi kuat untuk bertakwa.

6). Supaya hati setelah berbuka bergoncang antara khouf (takut) dan roja’ (mengharap). Karena, ia tidak tahu apakah puasanya diterima dan ia menjadi orang yang dekat dengan Allah, ataukah puasanya ditolak dan ia menjadi orang yang dibenci. Dan seperti itulah adanya di seluruh ibadah ketika selesai dilaksanakan.

Rahasia-rahasia yang dipaparkan oleh Imam Ghazali ini bisa kita perhatikan baik-baik, di mana puasa bukan hanya tentang perut. Puasa adalah berpuasanya seluruh tubuh, puasanya mata, puasanya kaki, puasanya tangan, puasanya telinga, bahkan hati pun ikut berpuasa. Puasa tidak hanya dipandang secara syariat antara sah dan batal. Karena yang puasanya sah hingga tebenam matahari belum tentu diterima oleh Allah. Melainkan puasa yang menyeluruh dari raga hingga jiwa. Wallahu a’lam bis shawab.
Sumber : http://tebuireng.org/6-rahasia-puasa-menurut-imam-al-ghazali/

Gus Dur Mewarisi Semangat Berjuang dari Bapak dan juga Kakeknya

NU Online, Soal kebangsaan, karakter KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mirip dengan sang kakek, Hadratusyekh Muhammad Hasyim Asy’ari. Gus Dur sungguh telah mewarisi karakter nasionalis dari pendiri Nahdlatul Ulama ini.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada acara haul keenam Gus Dur yang dihelat di gedung PBNU, Rabu (30/12) malam. “Ketika Mbah Hasyim tinggal di Mekkah dan berdoa di Multazam, beliau meminta kepada Allah agar diberi kemampuan untuk merebut kemerdekaan dari penjajah,” ujar Kiai Said.

Menurut doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekkah ini, seorang wartawan  Mekkah, Dr Thoriq Shihab, pernah menulis bahwa Hadratussyekh Hasyim Asy’ari merupakan nasionalis sejati. Ketokohan Mbah Hasyim sangat diapresiasi ketika tinggal lama di Arab Saudi.

Bagi Kiai Said, Gus Dur mewarisi semangat berjuang dari kakeknya. Tidak mementingkan diri sendiri merupakan ciri khas seorang nasionalis sejati. “Maka tidak heran ketika Mbah Hasyim ditanya hukumnya membela Tanah Air, bukan Islam lho, beliau menjawab bahwa membela Tanah Air hukumnya fadlu ‘ain,” tutur kiai asal Cirebon ini.

Barangsiapa yang mati membela Tanah Air, ia mati syahid. Sebaliknya, yang membantu penjajah maka halal darahnya. “Ini fatwa penting Mbah Hasyim yang dijadikan rujukan Bung Karno, Bung Hatta, dan Panglima Besar Jenderal  Sudirman,” tandas Kiai Said.

Menurut Kiai Said, Gus Dur merupakan seorang yang visioner. Siapapun mesti bercermin kepada Gus Dur. Meski demikian, siapapun yang bercermin kepada Gus Dur terlihat kecil sekali.

“Jika seorang ulama bercermin kepada Gus Dur, kecil sekali keulamaannya. Seorang pemimpin jika bercermin kepada kepemimpinan Gus Dur, kecil. Seorang filsuf kalau bercermin kepada intelektualitas Gus Dur, kecil. Bahkan, seorang pendemo sekalipun kalau bercermin kepada semangat Gus Dur, kecil. Gus Dur berdemo dalam kondisi masih diinfus,” tandas Kiai Said. (Musthofa Asrori/Mahbib)
http://www.nu.or.id

Jika Seorang Ulama Bercermin Kepada Gus Dur Maka Kecil Sekali Keulamaannya

Gus Dur bersama Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Malang

NU Online , Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj tidak bisa melupakan sejumlah momen kebersamaan antara dirinya dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Kang Said menyaksikan banyak hal keteladanan yang bisa dipetik dari sosok Gus Dur.

Demikian disampaikan Kang Said saat menyampaikan pidato pada haul ke-6 Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di halaman gedung PBNU Jalan Kramat Raya Nomor 164 Jakarta, Rabu (30/12) malam.

Berbicara tentang kezuhudan Gus Dur, Kang Said mengakui sulit mencari bandingannya. “Saking zuhudnya, Gus Dur tidak punya dompet. Apalagi kartu kredit. Suatu ketika, setelah ngisi di acara Muslimat 1995, ia bertiga dengan saya dan Pak Bagja makan di kaki lima. Saya pikir ya minimal di warung Padang,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin. 

Saat berangkat haji, Gus Dur juga tidak mau tinggal di hotel. “Ia lebih suka tinggal di rumah saya yang hanya dua kamar dengan tiga anak. Tapi ia senang sekali sampai malam ngobrol dengan saya,” ungkap Kang Said.

Bagi Kang Said, itu merupakan contoh akhlak Gus Dur. Betapa besar keulamaan cucu Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari ini. Jika seorang ulama bercermin kepada Gus Dur, kecil sekali keulamaannya. Seorang pemimpin jika bercermin kepada kepemimpinan Gus Dur pun kecil sekali.

“Seorang filsuf kalau bercermin kepada intelektualitas Gus Dur kecil. Bahkan, seorang pendemo sekalipun kalau bercermin kepada semangat Gus Dur kecil. Gus Dur berdemo dalam kondisi masih diinfus,” kata Kang Said.

Saking zuhudnya, ketika menjadi presiden Gus Dur tidak pernah membawa pulang batiknya yang ganti-ganti terus. “Begitu lengser, batik-batik itu dibuang dan dikasih ke orang. Tidak ada yang dibawa,” ujar Kang Said. 

Betapa malu, lanjut Kiai Said, seorang sufi mursyid kalau bercermin dengan qana’ah Gus Dur. Kecil sekali. Semuanya kecil di hadapan Gus Dur. “Kalau saya, paling dikritik. Kalau Gus Dur, bahkan diancam. Kalau saya, hanya urusan internal. Kalau Gus Dur itu luar dalam. Beliau dikritik dari internal sekaligus eksternal,” ungkapnya. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)
http://www.nu.or.id/post/read/64683/kang-said-kenang-saat-bersama-gus-dur

Melihat Lebih Dekat Kitab Tulisan Tangan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari

JOMBANG – Perpustakaan Yusuf Hasyim memiliki banyak peninggalan bersejarah bagi umat muslim di Nusantara. Salah satunya adalah kitab-kitab yang ditulis KH Hasyim Asy’ari, pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang. Tak hanya itu, kitab-kitab yang sering digunakan KH Hasyim Asy’ari juga masih tersimpan rapi di dalam perpustakaan itu.

Deretan kitab-kitab tua itu berjajar rapi di dalam rak berukuran 2 X 4 meter persegi. Terletak di ruang paling belakang perpustakaan Yusuf Hasyim, kitab-kitab yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun itu terlihat masih utuh. Meski di ujung-ujung kitab, sedikit banyak mulai dimakan hama pengerat.
Kendati demikian, tidak ada satu lembar pun tulisan yang hilang atau sulit untuk dibaca. Seluruh goresan tinta pendiri organisasi Nahdlatul Ulama ini masih nampak terang tanpa ada satu kalimat atau ayat yang memudar. Entah apa yang menjadi penyebab kitab-kitab itu masih begitu kuat.
”Ada sekitar 20 kitab tulisan tangan KH Hasyim Asy’ari yang tersimpan di perpustakaan ini. Seperti rangkuman ayat Al Quran dan Hadist. Kemudian cara menjadi santri yang benar dan beberapa kitab lainnya,” ujar Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Lukman Hakim kepada Okezone, Selasa (7/6/2016).
Sebanyak 20 kitab yang ditulis tangan oleh KH Hasyim Asy’ari ini, diantaranya berisi ajaran tasawuf dan akhlak. Seluruhnya, selalu diajarkan kepada para santri yang mondok di Tebuireng. Selain 20 kitab tulisan tangan kakek Gus Dur itu, ada ratusan kitab lain yang berusia sangat tua. Kitab-kitab tersebut adalah kitab yang digunakan KH Hasyim Asy’ari selama mengajar di pesantren Tebuireng.
”Kalau peninggalan kitab yang digunakan untuk mengaji di Tebuireng ada banyak sekali. Sekitar 400 jilid yang berusia tua. Seperti Ihya Ulumuddin, Tafsir dan Hadist. Karena KH Hasyim dulu memang sangat sering mengajarkan hadits kepada santri-santrinya. Utamanya hadist dari Bukhori dan Muslim,” paparnya.
Selama ini, kitab-kitab KH Hasyim Asy’ari memang disimpan oleh pihak pondok di perpustakaan dan jarang dikeluarkan. Hal itu semata-mata hanya untuk menjaga keutuhan kitab tersebut. Mengingat, kitab-kitab itu merupakan peninggalan yang sangat berharga dan tidak ternilai.

”Itu semua merupakan hasil pemikiran KH Hasyim Asy’ari, sehingga memang kita lakukan perawatan yang cukup intensif dan tidak pernah dikeluarkan. Terkecuali jika memang ada momentum tertentu, itupun sangat jarang juga,” paparnya.
Sumber : okezone.com

Kitab Karya Tulisan Tangan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari

JOMBANG – Perpustakaan Abdul Wahid Hasyim yang terletak di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, menyimpan berbagai karya peninggalan KH M Hasyim Asy’ari. Sedikitnya, 20 kitab tulisan tangan kakek KH Abbdurrahman Wahid atau Gus Dur itu utuh dan terawat. Meskipun, perawatan kitab berusia puluhan dan ratusan tahun itu hanya sekali di fumigasi.

”Memang benar, sejak didirikan pada 1974, seluruh kitab-kita tulisan tangan KH M Hasyim Asy'ari yang disimpan di perpustakaan ini baru sekali difumigasi. Waktu itu sekira 1990, kita kerja sama dengan perpustakaan nasional Jakarta. Tapi cuma sekali saja, sampai sekarang tidak ada lagi,” ujar penjaga Perpustakaan Abdul Wahid Hasyim dan perawat kitab-kitab tulisan tangan KH Hasyim Asyari, Zainul Arifin kepadaOkezone, Selasa (7/6/2016).

Menurut Zainul, selama puluhan tahun, dirinya secara rutin merawat dan membersihkan kitab-kitab tulisan tangan dan peninggalan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama tersebut. Untuk merawatnya, Zainul mengaku hanya menggunakan alat sederhana, seperti kapur barus serta merica. Sebab, pondok pesantren tidak memiliki bahan kimia yang khusus digunakan untuk merawat kitab-kitab tersebut.
”Karena ini kitab-kitab tua, maka perawatannya itu harus intensif. Kita gunakan kapur barus dan merica. Merica itu kita gerus, kemudian dimasukkan ke dalam kitab-kitab ini. Biar tidak dimakan hewan pengerat. Karena tidak ada obat yang khusus untuk perawatan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, perawatan menggunakan kapur barus dan merica ini dilakukan hanya saat kegiatan Pondok Pesantren Tebuireng libur panjang. Biasanya saat liburan semester atau libur puasa hingga Hari Raya Lebaran. Sebab, ia juga tak ingin perawatan itu mengganggu ketenangan para santri yang berkunjung ke perpustakaan.
”Kalau perawatan menggunakan merica saat liburan panjang. Soalnya, kalau kita obati terus baunya menyengat. Sehingga waktu libur semester dan libur puasa baru kita obati,” terangnya.
Zainul memaparkan, perpustakaan Abdul Wahid Hasyim ini didirikan 1974. Semula, ratusan kitab tulisan tangan dan peninggalan KH M Hasyim Asy'ari itu hanya disimpan di dalam kamar. Tidak ada satupun sanak keluarga atau santri guru Ir Soekarno ini yang berani menyentuhnya. Jangankan menyentuh, memasuki kamar penyimpanan pun masih pikir-pikir.
”Semuanya disimpan di dalam kamar Ndalem Kasepuhan. Awalnya, tidak ada yang berani mengutak-atiknya. Akhirnya setelah mendirikan perpustakaan ini, kita-kitab itu akhirnya keluar. Yang mempelopori itu KH M Yusuf Hasyim dan Gus Dur,” paparnya. (Fzy)

Sumber : http://news.okezone.com/

12 June 2016

Belajar bersama Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari

HADRATUS SYAIKH MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI
Terjemah Kitab “Adabul ‘Alim wal Muta’alim” Karya Hadlratus Syaikh

Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari Rahimahullahu Ta’ala adalah salah satu tokoh dari sekian banyak ulama’ besar di Indonesia. Biografi tentang kehidupan beliau telah banyak ditulis. Beliau dididik dan tumbuh berkembang di lingkungan pesantren. Bahkan sebagian besar waktu beliau dihabiskan untuk belajar dan mengajar di pesantren dan beliau juga banyak mengatur kegiatan yang sifatnya politik dari pesantren.

Pemikiran pendidikan Hadratus Syaikh sejatinya lebih menitik beratkan pada persoalan hati. Sehingga yang menjadi perhatian dalam menuntut ilmu adalah yang  pertama niat yang tulus dan yang kedua semata-mata hanya mengharap ridla Allah swt.

Di sisi lain, pemikiran beliau adalah mengetengahkan nilai-nilai estetis yang bernafaskan sufistik. Hal ini nampak  dalam pandangan  beliau  bahwa  keutamaan  ilmu yang s angat  istimewa adalah bagi orang yang benar-benar lillahi  ta'ala.

Di sampingitu, ilmu dapat diraih bilamana orang yang mencari ilmu tersebut suci dan bersih dari segala macam sifat yang tercela dan juga  aspek-aspek duniawi
Hadratus Syaikh  memandang bahwa keberhasilan pendidikan tidak lepas dari pendidikan akhlak atau moralitas. Sehingga penekanan terhadap moralitas adalah tujuan utama dalam kaitannya dengan pendidikan, baik pendidikan secara formal maupun informal.

Dengan demikian, terlihat jelas bahwa sosok Hadratus Syaikh mempunyai  perhatian  khusus terhadap  penyebaran  ilmu dan  pendidikan. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan merupakan sarana penting dalam mensosialisasikan keutamaan dan kebersihan jiwa serta pikiran, termasuk sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim keseluruhannya meliputi 8 bab yaitu :
1.       Keutamaan ilmu dan keilmuan
2.       Etika seorang murid dalam belajar
3.       Etika murid terhadap guru
4.       Etika murid terhadap pelajaran
5.       Etika seorang guru terhadap pribadinya sendiri
6.       Etika guru saat mengajar
7.       Etika guru terhadap murid
8.       Etika terhadap sumber ilmu (kitab) atau literatur dalam proses pembeljaran

Hadratus Syaikh mengawali pembahasan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim dengan mengutip ayat Al Qur’an dan Hadith kemudian barulah dijelaskan dengan singkat dan jelas. Tujuan dari didapatkannya ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Sehingga ilmu yang dimiliki dapat bermanfaat bagi orang lain sebagai bentuk amal jariyyah bagi kehidupan di akhirat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu yaitu seorang murid harus benar-benar memiliki hati yang suci, jangan mengharapkan hal-hal duniawi apalagi menyepelekan suatu ilmu. Serta bagi seorang guru, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu meluruskan niatnya dalam mengajar, tidak mengharapkan imbalan dan materi, serta yang diajarkan harus sesuai dengan perbuatannya.

Belajar adalah suatu proses ibadah untuk mendapatkan ridho Allah swt untuk mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan hanya menghilangkan kebodohan tetapi juga dengan niatan yang suci untuk melestarikan nilai-nilai keislaman.

Di dalam bab awal, KH Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adabul ‘Alim wal Muta’alim menerangkan bahwa keutamaan menuntut ilmu yaitu mempunyai derajat yang tinggi. Hal ini termaktub dalam surah Al Mujadalah ayat 11 yang artinya “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang beerilmu beberapa derajat”( Al Mujadalah : 11).
Hal-hal yang menjadi fokus dalam kajian kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim, dapat dikelompokkan menjadi 4 kajian utama yaitu etika seorang guru terhadap pribadinya sendiri, etika seorang guru di dalam proses belajar mengajar, etika seorang guru terhadap murid, dan etika terhadap alat pembelajaran/literatur.

Kitab Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih. Tatakrama pengajar dan pelajar. Berisi tentang etika bagi para pelajar dan pendidik, diterbitkan oleh Maktabah at-Turats al-Islamy Tebuireng. Di akhir kitab terdapat banyak pengantar dari para ulama, seperti :
1.       Syaikh Said bin Muhammad al-Yamani guru di Masjidil Haram, Imam bermadzhab Syafii
2.       Syaikh Abdul Hamid Sinbal Hadidi guru besar di Masjidil Haram, bermadzhab Hanafi
3.       Syaikh Hasan bin Said al-Yamani guru besar Masjidil Haram
4.       Syaikh Muhammad Ali bin Said al-Yamani

To be Continued..............

Karya KH Hasyim Asy'ari juga di Pelajari Oleh Muslim Luar Negri

Kitab-kitab karangan pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratusy Syaikh Hasyim Asy`ari, tak hanya dipelajari kaum Muslim di Tanah Air. Kitab karangan kyai yang karib disapa Mbah Hasyim ini ternyata juga dibaca Muslim di luar negeri.

Salah satu pembaca setia kitab karangan Hasyim Asy`ari adalah Kepala Atase Agama Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syeikh Ibrahim bin Sulaiman Alnughaimshi. Dia mengaku banyak banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan menelaah kitab-kitab Mbah Hasyim.

"Salah seorang Ulama besar dari Indonesia, yang pernah menuntut ilmu di Saudi Arabia, KH Muhammad Hasyim Asy`ary, menelurkan banyak kitab. Dan saya membaca semua kitab yang beliau tulis," kata Syeikh Ibrahim sebagaimana dikutip Dream dari laman resmi Kementerian Agama, Senin 16 Februari 2015.

Tak hanya membaca, Syeikh Ibrahim mengaku juga menelaah kitab karangan Mbah Hasyim huruf per huruf. Menurut dia, pemikiran kyai kelahiran 14 Februari 1871 itu sangat luar biasa. “Saya menyimpulkan dan mengusulkan, kitab-kitab karangan KH Hasyim dijadikan pegangan pesantren di seluruh Indonesia. Karena pemikiran Beliau sangat besar dan penting untuk perkembangan, kemajuan, dan persatuan bangsa ini,” tutur Ibrahim.

Selama hidupnya, Hasyim Asy’ari telah menulis sejumlah kitab, di antaranya Adabul 'Alim Wal Muta'allim [sebuah kitab yang mengupas tentang pentingnya menuntut dan menghormati ilmu serta guru], Risalah Ahlis Sunnah Wal Jama'ah [pedoman bagi warga NU dalam mempelajari tentang apa yang disebut ahlus sunnah wal jama'ah atau ASWAJA].

Selain itu ada At-Tibyan Fin Nahyi An-Muqothoatil Arham Wal Aqorib Wal Ikhwan (kumpulan beberapa pikiran khususnya yang berhubungan dengan Nahdlatul Ulama), An-Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin karya KH. Muhammad Hasyim Asy'ari yang menjelaskan tentang rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dan beberapa kitab lainnya.  

Ø  Kitab Al Tanbihat al Wajibat liman Yashna al Maulid al Munkarat Peringatan-peringatan wajib bagi penyelenggara kegiatan maulid yang dicampuri dengan kemungkaran. Pada halaman pertama terdapat pengantar dari Tim Lajnah Ulama al-Azhar, Mesir. Selesai ditulis pada 14 Rabi’ at-Tsani 1355 H., terdiri dari 15 bab setebal 63 halaman, dicetak oleh Maktabah at-Turats al-Islamy Tebuireng, cetakan pertama tahun 1415 H.

Ø  Kitab Al-Risalah fi al-’Aqaid, Berbahasa Jawa, berisi kajian tauhid, pernah dicetak oleh Maktabah an-Nabhaniyah al-Kubra Surabaya, bekerja sama dengan percetakan Musthafa al-Babi al-Halabi Mesir tahun 1356 H./1937M. Dicetak bersama kitab Kyai Hasyim lainnya yang berjudul Risalah fi at-Tashawwuf serta dua kitab lainnya. Risalah ini ditash-hih oleh Syeikh Fahmi Ja’far al-Jawi dan Syeikh Ahmad Said ‘Ali (al-Azhar). Selelai ditash-hih pada hari Kamis, 26 Syawal 1356 H/30 Desember 1937 M.

Ø  Kitab Adab al Alim wa al Muta’allim Tatakrama pengajar dan pelajar. Berisi tentang etika bagi para pelajar dan pendidik, diterbitkan oleh Maktabah at-Turats al-Islamy Tebuireng. Di akhir kitab terdapat banyak pengantar dari para ulama, seperti :
1.  Syeikh Said bin Muhammad al-Yamani guru di Masjidil Haram, Imam bermadzhab Syafii
2.   Syeikh Abdul Hamid Sinbal Hadidi guru besar di Masjidil Haram, bermadzhab Hanafi
3.   Syeikh Hasan bin Said al-Yamani Guru besar Masjidil Haram
4.    Syeikh Muhammad Ali bin Said al-Yamani.
Dan masih ada beberapa Kitab-kitab lainya karaya beliau.

06 June 2016

Para wali yang Masih Hidup di saat ini

Dengan mugkin kita bisa mengenal beberapa ulama Khos yang masih hidup sekarang ini, dan banyak orang - orang sholeh mengatakan kalau beliau ini adalah : "Para Wali yang masih hidup di zaman Sekarang ini", akan tetapi rahasia kewaliyan hanya ada pada Allah SWT, dan tidak mengetahui wali kecuali wali atas ilham dan izin dari Allah SWT. 

Yang kita lakukan hanya berhusnudzon berbaik sangka kalau mereka ini adalah "Orang-orang yang baik dan mulia". Dan dengan mengenal mereka memberikan suatu motivasi "suri tauladan" untuk kita semakin giat dalam berlomba-lomba menuju kebaikan, berahlak mulia, giat mencari ilmu, ihlas dalam beramal dan berjuang. Diantara Ulama-ulama khos tersebut :
Habib Umar bin Hafid Yaman
Habib Lutfi bin Ali Yahya Pekalongan
Habib Syaikhon Bin Musthofa Al Bahar Jakarta
Habib Ja'far Bin Muhammad Alkaff Kudus
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith Madinah
Syaikh Muhammad Fadhil Al Jailani Al Hasani
Syaikh Muhammad Ismail Zain alyamani
Syaikh Yusri Rusdy Alhasani
Syaikh Abdul Hadi AlKharshah
Hubabah Annisa binti Yusuf Alhaddad
Habib Abu Bakar bin Hasan Alatos Azzabidi Depok
Sayyid Ahmad bin Muhammad Almaliki
Habib Ali Aljufri Yaman
KH Abdul Hakam Kholiq Tebuireng Jombang

KH Husain Ilyas Mojokerto
KH Thoifur Mawardi
KH Nurul Huda Djazuli Ploso Kediri
TG Turmudzi Badruddin Lombok
KH Mustofa Bisri Rembang
KH Dimyati Rois Kendal Kaliwungu
KH Muhtadi Dimyati Pandeglang Banten
Kyai Ali Umar Pakis Panti  Jember
Habib Bakar Assegaf Gresik
Habib Shoddiq Maron Probolinggo
Kyai Rusmani Gedawung Kismantoro Wonogiri
KH Muhammad Hanif Muslih Mranggen
HJ Sinta Nuriyah Abdurahman Wachid Ciganjur
KH Abdul Hadi Muncar Banyuwangi
Kyai Nursadi Bangko-Dahu-Cikedal Pandeglang
KH Iddris Hamid Pasuruan

Kyai Maskuri Thoyyib Jenes Ponorogo
KH Ali Masyhuri Tulangan Sidoarjo
KH Ali Imron Muhammad Parengan Lamongan
Mbah Munshorif Sendang Duwur Lamongan
KH Nur Ali Yasin Nogosari Rambipuji Jember
KHR Kholil As'ad Syamsul Arifin Situbondo
KH Douglas Toha Yahya (Gus Lik) Jamsaren Kediri
Gus Ahlis Lirboyo Kediri
Gus Tur Banyuwangi
Sebenarnya masih banyak lagi ulama-ulama khos lainya yang masih hidup hingga saat ini, tetapi tidak sedikit diantar mereka menutup diri (mastur), mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia, mereka asik dengan Tuhananya tanpa di terganggu oleh tingkah polah keserakan manusia.

Mereka menjalani hidup sebagaimana kebanyakan orang pada umumnya. Sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya, masyarakat mengenalnya sebagai orang biasa-biasa saja.

Bahkan demi menutupi jati diri mereka dari pandangan manusia, mereka ada yang berprosi menjadi  pengusaha kaya raya, juru dakwah, ngajar ngaji, kuli kasar, tukang cari kayu, nelayan yang miskin, pengembala binatang ternak, dan lain-lainya. Bahkan ada yang berprilaku aneh seakan akan sepertinya nulayani syariat padahal sejatinya mereka itu adalah ahli syariat tetapi tidak menampakkanya di hadapan manusia.

Masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan oleh golongan orang-orang sholeh yang mastur ini, agar jati diri mereka tidak dikenal dikalagan manusia. mereka orang-orang sholeh yang mastur ini hanya dikenal oleh beberapa kalangan-kalangan tertentu (ulama Khos) yang arrif billah.

Maka tidaklah sedikit yang mengatakan jikalau mereka di atas itu termasuk golongan dari wali-walinNya Allah yang hidup di abad meilenium “wali-wali di zaman modern” atau "wali-walinya Allah yang masih hidup di zaman ini. wa Allahu a’lam bi shawab. Karena wilayah kewalian berada didalam rahasia Allah yang agung.

Menurut suatu ungkapan “tidak bisa mengetahui  wali kecuali wali”. Tetapi yang jelas mereka adalah orang-orang yang sholeh dan juga alim bahkan allamah (sangat alim) ahli zuhud yang wira’i sehingga tidaklah salah jika banyak orang yang mengatakan jika beliau-beliau ini WaliNya Allah.

Semoga rahmat Allah yang abadi yang agung senantiasa tercurah kepada kekasih yang tertinggi yang termulia pemilik wajah yang agung yang cahayanya menyinari masriq hingga magrib dan cahayanya memantul pada tiang-tiang arsy yang agung Sayyidina muhammad waala alihi wa ala alihi wa ashabihil kirom wa ajwazihi wa dzurriyatihi wa ahli baitihi ila yaumiddin, waila auliya illahi wa syuhadai wa sholihina min ahlis samawati wal ardhina birohmatika ya arhamar raahimiina. Amiiinn...........

Wallahu 'alam bi shawab